ASUHAN KEPERAWATAN LABIRINITIS PADA TELINGA

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. I.       LATAR BELAKANG

Labirinitis pada dasarnya dikenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis mengenai seluruh bagian labirin disebut dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatass disebut labinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saja.

Deperkirakan penyebab albirinitis yang saling sering di absorbsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin, dibentuk ringan labirinitis srcara selalu terjadi pada operasi telinga pada misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat dan biasnya tidak menyebabkan gangugan pendengaran, kelainan patologik seperti inflamasi non porulen.

 

  1. II.    TUJUAN
  2. Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada system pendenggaran sehingga apabila menemui pasien dengan penyakit labirinitis ini, kita bias melakukan  dan memberikan asuhan keperawatan padanya.

  1. Tujuan kusus

Setelah melakukan penelitian dan pembelajaran tentang kemasukan benda asing pada telinga. Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :

ü  Mampu Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan labirinitis pada telinga.

ü  Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan labirinitis pada telinga.

ü  Mampu Melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan labirinitis pada telinga.

ü  Mampu Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan labirinitis pada telinga.

ü  Mampu menentukan evaluasi keperawatan pada klien dengan labirinitis pada telinga.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. A.    DEFINISI

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan oleh bakteri atau virus.

Labirinitis adalah radang pada telinga dalam (labirin). Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum atau difus dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf yang berat, sedangkan labirinitis yang terbatas atau labirinitis sirkumskripta menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering dari radang telinga tengah.

Labirinitis adalah infeksi pada teling dalam, yang disebabkan oleh bakteri atau virus, yang mana dapat terjadi karena komplikasi otitis media, meningitis, ISP dan setelah infeksi telinga tengah.

Labirinitis dapat disebabkan oleh virus, bacterial,zat-zat toksik dan obat-obatan. Labirinitis yang di sebabkan oleh bakterial terdapat dalam dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difusi.


B.  ETIOLOGI

Infeksi bakteri yang disebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval. Labirintitis viral merupakan diagnosis medis yang sering, namun hanya sedikit yang diketahui mengenai kelainan ini, yang mempengaruhi baik keseimbangan maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah gondongan, rubella, rubeola, dan influenza.

Secara etiologi labirintis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat 2 bentuk labirinitis. Yaitu labiribnitis serosa dean labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

Pada labirinitis serosa taksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supuratif dengan invasi sel radang ke labirin. Sehingga terjadi kerusakan yang lereversibel. Seperti fibrosa dan osifikasi. Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga draifase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan pada pengobatan otitis media kronik.

Labirinitis serosa difus sering kali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskrifta oleh pada terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin oleh bakteri melalui tingkap bulat, tingkap lontong untuk melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai endosteum melalui seluruh darah.
Diperkirakan penyebab labirinitis yang paling sering absorbsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin, dibentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat dan biasanya tidak menyebabkan gangguan pendengaran, kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin.

 

 

C. KLASIFIKASI

  1. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum ( general ), dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli saraf saja.
  2. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
  3. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

 

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.


D.   MANIFESTASI KLINIS

1)      vertigo yang melumpuhkan

2)      mual dan muntah

3)      kehilangan pendengaran derajat tertentu

4)      tinnitus.

Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan.

Pengobatan untuk labirintitis balterial meliputi terapi antibiotika intravena, penggantian cairan, dan pemberian supresan vestibuler maupun obat anti muntah. Pengobatan labirintitis viral adalah sintomatik dengan menggunakan obatantimuntah dan antivertigo.

Gejala dan tanda :

Terjadi tuli total disisi yang sakit, vertigo ringan nistagmus spontan biasanya kea rah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang berfungsi dapat menkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respons disisi yang sakit dan tes fistulapur negatif walaupun dapat fistula

E. PATOFISIOLOGI

Kira – kira akhir minggu setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi untuk jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan gramulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.

 

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di masukan ke dalam liang telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan ristamus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal.

Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang – kadang dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.
Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan didaerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat / sekeping tulang / tulang rawan.

G. PENATALAKSANAAN

Terapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada, diagnosa bedah untuk eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk daerah perilabirin telah menjalar untuk dicurigai menyebar ke struktur intrakronial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada focus infeksi di labirin atau di ospretosus dapat dilakukan drerase labirin dengan salah satu operasi labirin setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal maka harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi.

  1. H.  KOMPLIKASI

1.Tuli total

2.meningitis.

 

  1. I.       W O C

                                                                  laringitis

 

Akibat dari komplikasi maningitis                                                       akibat dari otitismedia /

                                                                                                                              kolestateoma

                                                          Infeksi berkembang

 

 

Mengores telinga pendengaran                                                                 bakteri masuk ke telinga tengah

Masuk ke kanalis aiditiorus                                                     menembus jendela bulat/ oval

 

 

Menggesek pada stuktur  membran

Manifestasinya : vertigo, pendengaran berkurang, pendengaran merasa tidak seimbang

BAB III

ASKEP TEORITIS

  1. A.    PENGKAJIAN
  2. identitas klien
  3. riwayat kesehatan
  • keluhan utama       :klien merasa pendengarannya kurang dan sering pusing

Klien mengeluh nyeri pada telinga kanan

  • riwayat kesehatan sekarang          : Klien merasakan mual, muntah, vertigo
  • riwayatkesehatan keluarga            : Penyakit ini tidak diturunkan, melainkan   disebabkan oleh virus danbakteri.
  • Riwayat kesehatan dahulu            : klien tidak ada menderita penyakit ini sebelunnya
  1. Tanda-tanda vital
  • Nadi                                  :  59x/i
  • Td                                      : 100/90 mmhg
  • Pernafasan                         : 16x/i
  • Suhu                                  : 36
  1. Pemeriksaan fisik
  • Rambut     : rambut klien terlihat bersih dan tidak rontok
  • Leher         : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
  • Telinga      : Saat pemeriksaan telinga menggunakan otoskop salurantelinga terlihat memerah, saat perawat berbicara di dekatklien, klien hanya diam saja, menandakan bahwa fungsipendengaran klien kurang baik. Saat di palpasi terasasakit pada daun telinga. Kaji vertigo yang meliputiriwayat, awitan, gambaran serangan, durasi, frekwensi,dan adanya gejala telinga yang terkait (kehilanganpendengaran, tinnitus, rasa penuh di telinga).
  • Bibir          : bibir tampak kering
  • Mata          : pergerakan mata diluar kehendak.dan conjungtiva pucat
  • Wajah        :wajah klien terlihat pucat
  • Jantung :

Inspeksi: Terlihat iktus cordis pada dada kiri

Palpasi : Tidak dilakukan palpasi

Perkusi : Tidak dilakukan perkusi

Auskultasi : tidak dilakukan

  • Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, RR 59 x/menit

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi: Tidak dilakukan perkusi.

Auskultas: Terdapat bunyi stidor pada paru sinistra dan wheezing pada paru dextra.

  • Abdomen  :

Inspeksi: Tidak ada psikatrik, tidak tampak distensi abdomen

Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi

Palpasi : Tidak dilakukan palpasi

Perkusi : Tidak dilakukan perkusi

  • Genetalia   : Bersih, terpasang kateter
  • Rektal        : Bersih.
  • Ekstremitas

Atas           : Bagian kiri lemah, bagian kanan dapat digerakkan

Bawah       : tidak sianosis

  • Aktivitas   :klien tidak dapat mealkukan aktivitas sehari-hari
  • Pola eiminasi         : klien mengatakan tidak ada bab semenjak sakit dan bak 4x sehari
  • Pola metabolic : berat badan klien turun selama sakit karena klien bisa menghabiskan makanan 1 ½ porsi
  • Riwayat psikologi: klien sangat teganggu dengan keadaanya sekarang dan klien snagat memikirkan mengenai penyakitnya.

 

  1. B.     DIAGNOSA       

1)      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

2)      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara).

3)      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor

4)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan.(disfagia)

5)      Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.

 

C.  INTERVENSI

1)      Dx : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

Tujuan :

  • Jalan  nafas kembali normal

Kriteria Hasil

  • Pola napas klien efektif
  • §  Memperlihatkan  kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih/jelas

Intervensi :

  1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan catat kemudahan bernafas. Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan,dispea, terjadinya sianosis.

Rasional : Perubahan  pada  pernafasan, penggunaan  otot aksesori pernafasan dan atau adanya ronkhi/mengi diduga ada retensi sekret.

  1. Awasi pasien untuk posisi yang  nyaman, misal : peninggian kepala tempat tidur 30-450.

Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, namun pasien dengan infiltrasi tumor ke trakhea akan mencari posisi yang mudah untuk bernafas.

  1. Bimbing pasien untuk nafas dalam dan batuk efekt.

Rasional : Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.

  1. Kolaborasi berikan ekspektoran, atau analgesik sesuai indikasi

Rasional : untuk memperbaiki aliran udara. Ekspektoran meningkatkan produksi mukosa untuk mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret, memudahkan pembuangan.

  1. Awasi AGD

Rasional :  Menentukan intervensi yang lebih spesifik.

 

2)      Dx 2 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara).

Tujuan :

  • §  Kerusakan komunikasi verbal tidak terjadi

kriteria hasil :

  • Pasien/klien mampu mengkomunikasikan kebutuhannya dengan baik.

Intervensi

  1. Kaji kemampuan baca klien.

Rasional : Untuk membuat Perencanaan dan terciptanya cara-cara komunikasi yang baik dan sesuai. Mengembangkan dan meningkatkan komunikasi.

  1. Anjurkan penggunaan komunikasi meliputi kertas dan pensil, papan gambar,    papan tulis, alat    papan komunikasi elektrik atau alat lainnya yang mendukung.

Rasional :Meningkatkan fonasi yang terpengaruh pada pasien dengan ca.laring.

  1. Bantu pasien dengan latihan untuk meningkatkan kualitas suara, nada, dan volume suara.

Rasional : Memberikan metode untuk memanggil dan meminta pertolongan jika diperlukan

  1. Kolaborasi dengan rehabilitasi suara (voice rehabilitation

Rasional : Memberika therapi berbicara/ bersuara sehingga dapat berkomunikasi secara verbal.

 

3)      Dx 3 : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor

Tujuan :

  • Kebutuhan rasa aman dan nyaman terpenuhi

Kriteria :

  • Melaporkan pengurangan nyeri

Intervensi :

  1. kaji riwayat nyeri, misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan

rasional : Informasikan memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan : pengalaman nyeri adalah individu atau digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.

  1. Berikan tindakan kenyamanan dasar,misal : reposisi dan aktivitas hiburan.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

  1. Bimbing pasien dalam penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misal : teknik relaksasi) tertawa, musik dan sentuhan teraupetik.

Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan.

  1. Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter

Rasional : Rencana terorganisir mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri terutama nyeri kronis, pasien atau orang terdekat harus aktif menjadi partisipasi dalam manajemen nyeri.

  1. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. (mis. Morfin, metadon atau campuran narkotik intravena khusus).

Rasioanal : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda-beda. Catatan : adiksi/ketergantungan obat bukan masalah.

 

4)      Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan.(disfagia)

Tujuan :

  • klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat

kriteria hasil :

  • Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya

Intervensi :

  1. Timbang BB dan porsi makan.

Rasional : Untuk mengetahui Berat badan pasien.

  1. Pantau masukan makanan setap hari

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan /defisiensi nutrisi

  1.  Identifikasi pasien yang mengalami mual/ muntah yang diantisipasi

Rasioanal :  Mual /muntah psikogenik sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespons terhadap obat anti emetic

  1. Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.

Rasioanl :   macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.

  1. Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai indikasi. Fenotiazin, mis : Proklorperazin (compazine), tietilperazin (Torecan), anti dopaminergik mis ; metoklorpiamid (regian), dll.

Rasioanal : Kebanyakan anti emetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik

  1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT atau infus

Rasioanal  : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

 

5)      Dx 5 : Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.

Tujuan

  • Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.

Kriteria hasil

  • menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan dapat  berinteraksi positip dengan orang lain.

Intervensi

  1. Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan kecemasannya.

Rasional : Untuk mengungkapkan perasaan klien dan mengurangi kecemasan

  1. Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.

Rasioanal : Agar klien dapat menerima kenyataan

  1. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.

Rasional : Untuk mngetahui perubahan emosi klien.

  1. Libatkan orang-orang terdekat seperti orang tua,teman,untuk memberikan support pada klien.

Rasioanal : Untuk memotivasi klien dan mengurangi kecemasan klien

  1. Pendekatan spiritual sesuai dengan agama yang dianut klien.

Rasioanal : Untuk meningkatkan keyakinan pada klien bahwa tuhan akan menyembuhkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. A.    KESIMPULAN

Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak  pada pars petrosa os temporal. Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yangdisebabkan oleh bakteri atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengahatau komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit.

Meskipun data epidemiologi definitif masih kurang, labirinitis virus adalah bentuk palingumum dari labirinitis diamati dalam praktek klinis. Prevalensi SNHL diperkirakan 1 kasus dalam 10.000 orang, sampai dengan 40% dari pasien mengeluh vertigo atau dysequilibrium.

Labirinitis dibagi atas labirinitis lokalisata (labirinitis serosa) dan labirinitis difusa (labirinitissupuratif). Keluhan dari penyakit ini berupa gangguan vestibular, vertigo dan gangguan fungsi pendengaran sensorineural hearing loss.

Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakanhasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejalaini dapat membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible.Labirinitis biasanya sembuh sendiri dalam waktu satu atau beberapa minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Terapi dengan pengawasan yang ketat dan terus menerus untuk mencegah perluasan penyakit ke intrakranial di samping itu dilakukan tindakan drainase dari labirin.

 

  1. B.     SARAN
  2. Untuk instansi

Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

b.    Untuk klien dan keluarga                                

Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Adams,  Boies Higler. 1997.Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.Brunner & Suddart. 1996.

 

 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.Pearce, Evelyn C. 1979.

 

 Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis.Jakarta : GramediaPustaka Utama.Price, Sylvia A. 1995.

 

Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4.Jakarta : EGC.Soepardi, Efiaty Assyad dkk.

 

Telinga Hidung Tenggorok edisi 3. Jakarta. BalaiPenerbit FKUI.Syaifuddin. 1997.Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat edisi 2.Jakarta: EGC

Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar